Yogyakarta. Atas prakarsa Yayasan Sekretariat Anak Merdeka indonesia (SAMIN) bersama Yayasan Setara Semarang dan Yayasan KAKAK Solo, diadakan dialog bersama bertema memerangi pelecehan dan kekerasan seks online pada anak-anak dan sex tourism.
Acara yang diselenggarakan di Rumah Lawas, Prawirotaman, Yogyakarta, pada tanggal 17 Maret 2016 ini menghadirkan beberapa nara sumber dari End Child Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT Indonesia), IDKITA COMMUNITY and Pengelola situs Mojok.co.
Dialog yang dimulai sejak jam 13:00 hingga 21:00, tentunya dengan break ISHOMA, dihadiri oleh para penggagas kegiatan dan jajaran pengurusnya.
Adapun hasil dialog dan tanya jawab, menurut salah salah satu wakil penyelenggara, Mas Odi Shalahuddin, adalah untuk mempersiapkan Yayasan-Yayasan tersebut dalam menyusun program kegiatannya, baik jangka pendek, menengah maupun panjang dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan anak Indonesia dalam hal pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang bertubuh sangat cepat, dengan titik berat dalam penanggulangan maslaah kekerasan seksual online pada anak dan sex tourism.
Dialog dan diskusi yang dibuat serileks mungkin dalam suasana kekeluargaan tersebut berjalan dengan lancar. Dengan konsep serius tapi santai inilah, berbagai pihak termasuk masing-masing individu dapat menggali lebih dalam permasalahan dan solusi atas permasalahan yang dibahas oleh masing-masing nara sumber.
Sebagai resume dari kegiatan tersebut, beberapa hal telah direkomendasi oleh masing-masing nara sumber sebagai bahan masukan bagi peserta khususnya masing-masing Yayasan dalam menyusun program kerjanya.
Beberapa rekomendasi yang diberikan antara lain, perlu dibangunnya komunikasi yang harmonis dan intensif antara lembaga untuk mencapai tujuan yang diingkan bersama. Selain itu setiap Yayasan diharapkan memperhatikan program kerjanya agar dapat ditindaklanjuti secara berkelanjutan (sustainable) hingga menjangkau masyarakat luas dengan memanfaatkan jaringannya di setiap daerah maupun dengan cara memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (blog, situs pribadi, media sosial, radio, koran online – mainstream-cetak, TV lokal maupun nasional).
Bagi IDKITA sendiri, masukan-masukan yang ada tersebut sangat positif, bahwa selain Yayasan yang terlibat dalam kegiatan ini, Yayasan dan institusi lain termasuk para pekerja sosial yang bekerja secara Individu semaksimal mungkin berupaya untuk mendorong lahirnya komunitas-komunitas dan relawan-relawan baru hingga pelosok tanah air, sesuai dengan kemampuan masing-masing, serta terus menjalin dan membangun komunikasi yang intensif dengan institusi pemerintah maupun swasta yang menaruh perhatian penuh dalam isu penanggulangan kekekerasan pada anak. Karena untuk dapat menyukseskan keinginan bersama tersebut, peran serta setiap lapisan masyarakat sangat dibutuhkan termasuk peran aktif pemerintah pusat dan daerah tentunya. Tidak ada lembaga yang “super power” yang dapat menanganinya seorang diri.
Pada akhirnya, waktu jua yang memisahkan kita pada pertemuan yang bermanfaat ini. Dengan harapan di lain kesempatan, kegiatan seperti ini dapat diupayakan secara bersama-sama untuk melibatkan lebih banyak lagi para pemerhati, pekerja sosial/relawan, yayasan, komunitas serta pemerintah dengan durasi waktu yang cukup, untuk merumuskan program kegiatan yang terpadu untuk mencapai tujuan bersama (Nasional), yang tentunya mulai dapat digalakan menurut cara dan pola pendekatan masing-masing institusi/perorangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat dimana program kerja tersebut dilaksanakan.
Sampai bertemu di lain kesempatan.